Dina Kurnia Restanti
Berdoa dan Bekerja, menjadi sahabat bagi sesama
Minggu, 19 Mei 2024
Jumat, 12 Mei 2023
11. Visi sekolah
"Terwujudnya lulusan yang mandiri, kolaboratif, dan kreatif dengan lingkungan sekolah yang nyaman dan menyenangkan"
22. Prakarsa perubahan yang dilakukan guru
33. Kegiatan guru dalahan tahapan BAGJA:
a) Buat pertanyaan
Terlihat dari pertanyaan :
Bagaimana cara mewujudkan kelas yang nyaman dan menyenangkan untuk belajar?
Langkah tindakan:
1) Berdiskusi dengan teman sejawat
2) Terbuka menerima dukungan dari teman sejawat
3) Memberikan pertanyaan pemantik kepada murid
4) Menulis kata penyemangat belajar di papan tulis
b) Ambil pelajaran
Terlihat dari pertanyaan :
1) Kelas mana yang berhasil membuat kelasnya nyaman dan menyenangkan?
Langkah Tindakan:
1) Melakukan observasi ke kelas 2 dan 6 yang dianggap kelas yang nyaman dan menyenangkan
2) Tanya jawab tentang Bagaimana mengatur kelas yang nyaman dan menyenangkan,
3) Diskusi tentang kegiatan apa yang dilakukan untuk mendapatkan kelas yang nyaman dan menyenangkan?
4) Tanya jawab tentang apa yang disukai oleh siswa tentang kelas yang menyenangkan?
5) Diskusi tentang Apa yang menyenangkan dari kelas sendiri
6) Menginventaris apa saja yang dimiliki kelas untuk membuat kelas menjadi nyaman dan menyenangkan
c) Gali mimpi
Terlihat dari pertanyaan :
1) bagaimana bayangan seperti apa kelas yang nyaman dan menyenangkan?,
2) kelas seperti apa yang kalian impikan?
3) Gambarkan kelas yang nyaman dan menyenangkan yang dapat menjadi penyemangat belajar?
Langkah Tindakan:
1) Guru mengajak murid memejamkan mata dan membayangkan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan
2) Diskusi kelompok tentang kelas yang nyaman dan menyenangkan
3) Presentasi dari setiap kelompok tentang kelas yang nyaman dan menyenangkan
4) Guru mencatat informasi penting yang didapat agar kelas nyaman dan menyenangkan
d) Jabarkan rencana
Terlihat dari pertanyaan :
1) Apa yang harus kita lakukan untuk kelas impian kita?
2) Apa yang dibutuhkan untuk mewujudkan kelas impian?
Langkah Tindakan:
1) Diskusi tentang kelas impian yang nyaman dan menyenangkan
2) Kolaborasi tentang kelas impian yang nyaman dan menyenangkan
3) Inventaris tentang kelas impian yang nyaman dan menyenangkan
4) Mendata segala sesuatu untuk mewujudkan kelas impian
e) Atur eksekusi
Terlihat dari pertanyaan :
1) Kapan waktu yang tepat dalam mewujudkan kelas impian?
Langkah Tindakan:
1) Pemberian motivasi bahwa murid pasti bisa menyelesaikan tugasnya
2) Membuat empat kelompok kerja. Pembagian tugas kelompok terdiri dari membersihkan kelas, membuat hiasan dinding, menyusun bangku, dan menyusun buku.
3) Setiap kelompok melaksanakan tugas sesuai dengan pembagian kerja yang ada
4) Guru memberi apresiasi atas kerja keras murid mewujudkan mimpi membuat kelas yang nyaman dan menyenangkan
44. Peran pemimpin
a) Mempunyai pemikiran yang berbasis kekuatan bukan kelemahan. Hal ini Nampak dari dinding kelas yang lemabab dan cat mengelupas, tetapi guru berhasil membuat kelas tetap nyaman dana menyenangkan
b) Menerapkan kompetensi sosial emosional murid dengan cara diajak menutup mata dan bermimpi suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan
c) Mampu mengorganisasikan kompetensi dan sumber daya yang ada dan mampu membuat rencana berdasarkan visi dan kekuatan yang dimiliki
d) Mampu menganalisis asset dan kekuatan dalam pengelolaan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien
e) Mengembangkan sikap aktif, terbuka, kritis dan kreatif saat berkolaborasi dengan teman sejawat dan murid
55. Modal utama yang dimanfaatkan oleh pemimpin pembelajaran
a) Modal manusia terlihat dengan adanya guru yang berpihak pada murid dengan ditunjang kolaborasi dengan murid. Selain guru ada murid yang mandiri dan kreatif dalam mewujudkan kelas yang nyaman dan menyenangkan
b) Modal sosial terlihat pada kegiatan hubungan sosial dengan rekan sejawat sehingga mampu membuat program di kelas yang bagus
c) Modal fisik terlihat dengan adanya ruang kelas beserta dengan sarana prasarana yang ada bisa dimodifikasi menjadi kelas yang nyaman dan menyenangkan.
d) Modal lingkungan/alam terlihat pada kegiatan menghias kelas yang menggunakan beberapa bahan dari alam
e) Modal finansial terlihat dari dukungan guru, sekolah, dan orang tua dalam menyediakan peralatan dan bahan yang digunakan untuk menghias kelas sehingga kelas yang nyaman dan menyenangkan untuk kegiatan pembelajaran dapat terwujud
11. Buatlah
kesimpulan tentang apa yang dimaksud dengan ‘Pemimpin Pembelajaran dalam
Pengelolaan Sumber Daya’ dan bagaimana Anda bisa mengimplementasikannya di
dalam kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah.
Pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya adalah sosok pemimpin yang mampu menggali kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh suatu komunitas dalam suatu ekosistem baik itu kekuatan yang berasal dari komponen abiotik maupun biotik. Pemimpin pembelajaran yang mampu mengelola sumber daya secara optimis dalam semua keadaan, dan tidak hanya disibukkan membenahi hal yang kurang dan negatif. Selain itu mampu memandang setiap hal kecil merupakan aset yang menjadi modal utama dalam mengembangkannya. 7 modal utama atau aset tersebut meliputi aset manusia, sosial, fisik, alam/ lingkungan, finansial, politik, agama dan budaya. Implementasi di kelas seorang pemimpin pembelajaran akan mampu mengoptimalkan semua yang dimiliki oleh sekolah yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan minat murid. Implementasinya di sekolah adalah seorang pemimpin pembelajaran akan memanfaatkan atau mengidentifikasi aset-aset atau modal yang ada di sekolah untuk mengembangkan dan melaksanakan program-program sekolah dan mewujudkan visi dan misi sekolah dengan berkolaborasi dengan seluruh warga sekolah. Dan implementasi pada masyarakat sekitar adalah seorang pemimpin pembelajaran yang mampu mengelola sumber daya akan mampu menjalin kolaborasi yang baik dengan lingkungan sekitar sekolah demi kepentingan dan kemajuan sekolah.
2. Jelaskan dan berikan contoh bagaimana hubungan pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas.
Sebagai contoh adalah memanfaatkan aset yang ada disekolah misalnya saja dalam pelatihan baris berbaris, kami minta tolong orang tua yang bekerja sebagai polisi, minta tolong orang tua sebagai penari untuk mengajari tarian khas gunungkidul kepada murid-murid. Kami juga mengikutsertakan DUDI dan alumnus untuk membekali keterampilan menjahit, tataboga, kecantikan, souvenir, olah raga, desain grafis kepada murid dan menceritakan pengalaman mereka di dunia kerja, jadi lulusan dari SLB ada yang mampu mandiri secara ekonomi juga. Pendampingan dar DUDI dan alumnus membuat anak-anak memahami tuntutan di dunia kerja , jadi mereka tahu dengan pasti apa yang harus dipelajari dan tidak manja. Karena jika guru yang mengajarkan, anak-anak suka merasa lelah dan hanya ingin bermain.
33. Berikan beberapa contoh bagaimana materi ini juga berhubungan dengan modul lainnya yang Anda dapatkan sebelumnya selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak.
Kaitan dengan Modul Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional
Menurut Ki Hadjar Dewantara pendidikan merupakan suatu proses memberikan tuntutunan terhadap murid sesuai kodrat alam dan zaman. Jadi sebagai seorang pemimpin pembelajaran maka kita harus dapat menemukan dan mengembangkan potensi dan kekuatan yang dimiliki oleh murid agar mampu berkembang dengan maksimal.
Kaitan dengan modul Nilai dan Peran Guru Penggerak
Seperti yang telah kita pelajari pada modul nilai dan peran guru penggerak bahwa seoarang guru penggerak memiliki nilai-nilai yang harus dikembangkan pada dirinya yaitu berupa nilai berpihak pada murid, mandiri, kolaboratif, inovatif dan reflekstif. seorang pemimpin pembelajaran mampu mengelola aset yang dimiliki oleh sekolah secara positif untuk memenuhi kebutuhan murid secara utuh dan mewujudkan profil pelajar pancasila yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, berkebhinekaan global bergotong royong dan kreatif
Kaitan dengan modul Visi Guru Penggerak
Seorang pemimpin pembelajaran harus mampu menyusun visi dan misi agar menjadi suatu motivasi dalam bergerak. Di dalam mewujudkan visi dan misi membutuhkan pendekatan inkuiri apresiatif yang berbasis pada kekuatan. Dalam praktiknya memakai langkah-langkah BAGJA dalam menemukenali dan mengelola sumber daya yang bersumber pada kekuatan. Sehingga ada perubahan positif dan konsisten yang ada disekolah
Kaitan dengan modul Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran
Pada modul ini kita juga sudah belajar tentang pengambilan keputusan berdasarkan 9 langkah, 4 Paradigma dan 3 pendekatan dalam menghadapi masalah yang berkaitan dengan dilema etika. Dan hal ini merupakan aset manusia yang dimiliki oleh sekolah. Bisa tercipta manusia yang bijaksana dalam mengambil keputusan yang menyangkut banyak orang dan kemajuan murid.
44. Ceritakan pula bagaimana hubungan antara sebelum dan sesudah Anda mengikuti modul ini, serta pemikiran apa yang sudah berubah di diri Anda setelah Anda mengikuti proses pembelajaran dalam modul ini.
SSebelum mempelajari modul ini saya sering menghabiskan energi untuk membenahi yang kurang di SLB. Sebagai seorang guru dan waka kurikulum, saya rasa pesimis karena setiap akan melakukan peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah, tidak selamanya saya mendapat sambutan yang baik. Saya dulu memilih untuk membuat karya sendiri, jika ada teman yang mau diajak berkarya, kami akan jalan Bersama, jika tidak saya akan mengabaikannya.
Setelah mempelajari modul ini pola pikir saya menjadi berubah menjadi optimis untuk usaha peningkatan kualitas pembelajaran. saya dapat memanfaatkan 7 aset yang meliputi modal manusia, finansial, lingkungan atau alam, politik,fisik maupun modal sosial, agama dan budaya. Saya akan melibatkan banyak teman guru dan karyawan untuk memikirkan program yang dapat mewujudkan murid yang berkarakter, berprestasi dan mandiri.
Minggu, 16 April 2023
Berikut administrasi saya selama mengajar Pendidikan Agama Kristen di SLB di semester 1 Tahun Ajaran 2022/2023 memakai kurikulum merdeka. mohon koreksinya dan mari belajar bersama.
Capaian Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen di SLB
Daftar Inventaris Pembelajaran
Kelas Agama Kristen Sesuai Dapodik Tahun Ajar 2022-2023
Terima kasih
Senin, 19 Desember 2022
KONEKASI ANTAR MATERI MODUL 1.4
Bacalah panduan berikut untuk membantu Anda membuat kaitan tersebut.
- Buatlah sebuah kesimpulan mengenai peran Anda dalam menciptakan budaya positif di sekolah dengan menerapkan konsep-konsep inti seperti disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan sekolah/kelas, segitiga restitusi dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya yaitu Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, Nilai dan Peran Guru Penggerak, serta Visi Guru Penggerak.
Kaitan Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, Nilai dan Peran serta visi Guru Penggerak dengan :
1. Disiplin Positif
Disiplin sering dimaknai sebagai sesuatu yang dilakukan seseorang pada orang lain untuk mendapatkan kepatuhan dan memiliki kecenderungan ketidaknyamanan serta sering dihubungkan dengan tata tertib yang berkaitan dengan sanksi dan hukuman bagi yang melanggarnya, sehingga menciptakan trauma yang menakutkan.
Ki Hajar
Dewantara menyatakan bahwa untuk mewujudkan murid yang merdeka, murid harus
memiliki disiplin yang kuat, yang berasal dari dirinya ataupun berasal dari
luar diri. Yang dinyatakan dalam bukunya yaitu pemikiran, Konsepsi,
Keteladanan, Sikap Merdeka, Cetakan Kelima, 2013, Halaman 470 yang berbunyi
“dimana ada kemerdekaan, disitulah harus ada disiplin yang kuat. Sungguhpun
disiplin itu bersifat self discipline” yaitu kita sendiri yang mewajibkan
kita dengan sekeras-kerasnya, tetapi itu sama saja; sebab jikalau kita tidak
cakap melakukan self discipline, wajiblah penguasa lain yang mendisiplin
diri kita. Dan peraturan demikian itulah harus ada di dalam suasana yang
merdeka
Adapun definisi kata ‘merdeka’ menurut Ki Hajar adalah: mardika iku jarwanya, nora mung lepasing pangreh, nging uga kuwat kuwasa amandiri priyangga (merdeka itu artinya; tidak hanya terlepas dari perintah; akan tetapi juga cakap buat memerintah diri sendiri)
Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, 2001, menyatakan bahwa arti asli dari kata disiplin ini juga berkonotasi dengan disiplin diri dari murid-murid, yang dapat membuat seseorang menggali potensinya menuju kepada sebuah tujuan, sesuatu yang dihargai dan bermakna. Bagaimana cara kita mengontrol diri, dan bagaimana menguasai diri untuk memilih tindakan yang mengacu pada nilai-nilai yang kita hargai. Dengan kata lain, seseorang yang memiliki disiplin diri berarti mereka bisa bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya karena mereka mendasarkan tindakan mereka pada nilai-nilai kebajikan universal.
Dari dua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa murid yang memiliki disiplin positif akan memiliki motivasi internal yang tinggi dalam mengusai diri untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan nilai-nilai kebajikan universal. Sebagai pendidik tugasnya adalah membimbing murid untuk memiliki disiplin diri yang berasal dari dirinya sendiri. Murid dalam melakukan disiplin positif tidak terlepas dari motivasi yang ingin dicapai oleh murid itu sendiri.
2. Motivasi perilaku manusia
Menurut Diane Gossen dalam bukunya Restructuring
School Discipline, menyatakan ada 3 alasan motivasi perilaku manusia yaitu
Ø Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman
Ø Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain.
Ø Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan
nilai-nilai yang mereka percaya
Dari ketiga motivasi prilaku manusia
dalam mewujudkan disiplin positif yang harus ditanamkan dalam murid-murid
adalah motivasi yang nomor tiga, karena dengan memiliki motivasi tersebut,
mereka telah memiliki motivasi intrinsik yang berdampak jangka panjang,
motivasi yang tidak akan terpengaruh pada adanya hukuman atau
hadiah. Mereka akan tetap berperilaku baik dan berlandaskan nilai-nilai
kebajikan karena mereka ingin menjadi orang yang menjunjung tinggi nilai-nilai
yang mereka hargai.
3. Posisi kontrol restitusi
Diane Gossen dalam bukunya Restitution-Restructuring School Discipline (1998) mengemukakan bahwa guru perlu meninjau kembali penerapan disiplin di dalam ruang-ruang kelas kita selama ini. Apakah telah efektif, apakah berpusat memerdekakan dan memandirikan murid, bagaimana dan mengapa? Melalui serangkaian riset dan bersandar pada teori Kontrol Dr. William Glasser, Gossen berkesimpulan ada 5 posisi kontrol yang diterapkan seorang guru, orang tua ataupun atasan dalam melakukan kontrol. Kelima posisi kontrol tersebut adalah Penghukum, Pembuat Orang Merasa Bersalah, Teman, Monitor (Pemantau) dan Manajer. Mari kita tinjau lebih dalam kelima posisi kontrol ini:
Penghukum: Seorang penghukum bisa menggunakan hukuman fisik maupun verbal. Orang-orang yang menjalankan posisi penghukum, senantiasa mengatakan bahwa sekolah memerlukan sistem atau alat yang dapat lebih menekan murid-murid lebih dalam lagi. Guru-guru yang menerapkan posisi penghukum akan berkata: “Patuhi aturan saya, atau awas!” “Kamu selalu saja salah!” “Selalu, pasti selalu yang terakhir selesai” Guru seperti ini senantiasa percaya hanya ada satu cara agar pembelajaran bisa berhasil, yaitu cara dia. Pembuat Orang Merasa Bersalah: pada posisi ini biasanya guru akan bersuara lebih lembut. Pembuat orang merasa bersalah akan menggunakan keheningan yang membuat orang lain merasa tidak nyaman, bersalah, atau rendah diri. Kata-kata yang keluar dengan lembut akan seperti: “Ibu sangat kecewa sekali dengan kamu” “Berapa kali Bapak harus memberitahu kamu ya?” “Gimana coba, kalau orang tua kamu tahu kamu berbuat begini?” Di posisi ini murid akan memiliki penilaian diri yang buruk tentang diri mereka, murid merasa tidak berharga, dan telah mengecewakan orang-orang disayanginya. Teman: Guru pada posisi ini tidak akan menyakiti murid, namun akan tetap berupaya mengontrol murid melalui persuasi. Posisi teman pada guru bisa negatif ataupun positif. Positif di sini berupa hubungan baik yang terjalin antara guru dan murid. Guru di posisi teman menggunakan hubungan baik dan humor untuk mempengaruhi seseorang. Mereka akan berkata: “Ayo bantulah, demi bapak ya?” “Ayo ingat tidak bantuan Bapak selama ini?” “Ya sudah kali ini tidak apa-apa. Nanti Ibu bantu bereskan”. Hal negatif dari posisi teman adalah bila suatu saat guru tersebut tidak membantu maka murid akan kecewa dan berkata, “Saya pikir bapak/Ibu teman saya”. Murid merasa dikecewakan, dan tidak mau lagi berusaha. Hal lain yang mungkin timbul adalah murid hanya akan bertindak untuk guru tertentu, dan tidak untuk guru lainnya. Murid akan tergantung pada guru tersebut. Monitor/Pemantau: Memonitor berarti mengawasi. Pada saat kita mengawasi, kita bertanggung jawab atas perilaku orang-orang yang kita awasi. Posisi pemantau berdasarkan pada peraturan-peraturan dan konsekuensi. Dengan menggunakan sanksi/konsekuensi, kita dapat memisahkan hubungan pribadi kita dengan murid, sebagai seseorang yang menjalankan posisi pemantau. Pertanyaan yang diajukan seorang pemantau: “Peraturannya apa?” “Apa yang telah kamu lakukan?” “Sanksi atau konsekuensinya apa?” Seorang pemantau sangat mengandalkan penghitungan, catatan, data yang dapat digunakan sebagai bukti atas perilaku seseorang. Posisi ini akan menggunakan stiker, slip catatan, dan daftar cek. Posisi monitor sendiri berawal dari teori stimulus-respon, yang menunjukkan tanggung jawab guru dalam mengontrol murid. Manajer: Posisi terakhir, Manajer, adalah posisi mentor di mana guru berbuat sesuatu bersama dengan murid, mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri. Seorang manajer telah memiliki keterampilan di posisi teman maupun pemantau, dan dengan demikian, bisa jadi di waktu-waktu tertentu kembali kepada kedua posisi tersebut bila diperlukan. Namun bila kita menginginkan murid-murid kita menjadi manusia yang merdeka, mandiri dan bertanggung jawab, maka kita perlu mengacu kepada Restitusi yang dapat menjadikan murid kita seorang manajer bagi dirinya sendiri. Di manajer, murid diajak untuk menganalisis kebutuhan dirinya, maupun kebutuhan orang lain. Disini penekanan bukan pada kemampuan membuat konsekuensi, namun dapat berkolaborasi dengan murid bagaimana memperbaiki kesalahan yang ada. Seorang manajer akan berkata: “Apa yang kita yakini?” (kembali ke keyakinan kelas) “Apakah kamu meyakininya?” “Jika kamu menyakininya, apakah kamu bersedia memperbaikinya?” “Jika kamu memperbaiki ini, hal ini menunjukkan apa tentang dirimu?” “Apa rencana kamu untuk memperbaiki hal ini?” Tugas seorang manajer bukan untuk mengatur perilaku seseorang. Kita membimbing murid untuk dapat mengatur dirinya. Seorang manajer bukannya memisahkan murid dari kelompoknya, tapi mengembalikan murid tersebut ke kelompoknya dengan lebih baik dan kuat. Bisa jadi dalam praktik penerapan disiplin sehari-hari, kita akan kembali ke posisi Teman atau Pemantau, karena murid yang ditangani belum siap diajak berdiskusi atau diundang melakukan restitusi. Namun perlu disadari tujuan akhir dari 5 posisi kontrol seorang guru adalah pencapaian posisi Manajer, di mana di posisi inilah murid dapat menjadi pribadi yang mandiri, merdeka, dan bertanggung jawab atas segala perilaku dan sikapnya, yang pada akhirnya dapat menciptakan lingkungan yang positif, nyaman, dan aman.
4. Keyakinan sekolah/kelas
Setiap tindakan atau perilaku yang kita lakukan di dalam kelas dapat menentukan terciptanya sebuah lingkungan positif. Perilaku warga kelas tersebut menjadi sebuah kebiasaan, yang akhirnya membentuk sebuah budaya positif. Dalam mewujudkan prilaku warga sekolah yang memiliki budaya positif hal pertama perlu diciptakan dan disepakati adalah membuat keyakinan-keyakinan atau prinsip-prinsip dasar bersama, di antara para warga kelas untuk mendapatkan nilai-nilai kebajikan yang disepakati bersama.
Mengapa keyakinan kelas, mengapa tidak peraturan kelas saja ? Jawabannya adalah suatu keyakinan akan lebih memotivasi seseorang dari dalam, atau memotivasi secara intrinsik. Seseorang akan lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, daripada hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan yang mengatur mereka harus berlaku begini atau begitu yang membuat ketidaknyamanan dan keterpaksaan. Berikut adalah cara pembuatan keyakinan kelas
Pembuatan Keyakinan Kelas:
· Keyakinan kelas hendaklah bersifat lebih ‘abstrak’
· Keyakinan kelas dituliskan berupa pernyataan-pernyataan universal.
· Pernyataan keyakinan kelas senantiasa dibuat dalam bentuk positif.
· Keyakinan
kelas hendaknya tidak terlalu banyak, sehingga mudah diingat
dan dipahami oleh semua warga kelas.
· Keyakinan kelas sebaiknya sesuatu yang dapat diterapkan di lingkungan, sesuai dengan kondisinya
· Semua
warga kelas hendaknya ikut berkontribusi dalam pembuatan
keyakinan kelas lewat kegiatan curah pendapat.
· Bersedia meninjau kembali keyakinan kelas dari waktu ke waktu
5. Segitiga Restitusi
Restitusi adalah sebuah cara menanamkan disiplin positif pada murid. Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004) Restitusi juga adalah proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain (Chelsom Gossen, 1996). Restitusi membantu murid menjadi lebih memiliki tujuan, disiplin positif, dan memulihkan dirinya setelah berbuat salah. Penekanannya bukanlah pada bagaimana berperilaku untuk menyenangkan orang lain atau menghindari ketidaknyamanan, namun tujuannya adalah menjadi orang yang menghargai nilai-nilai kebajikan yang mereka percayai. Sebelumnya kita telah belajar tentang teori kontrol bahwa pada dasarnya, kita memiliki motivasi intrinsik. Melalui restitusi, ketika murid berbuat salah, guru akan menanggapi dengan cara yang memungkinkan murid untuk membuat evaluasi internal tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk memperbaiki kesalahan mereka dan mendapatkan kembali harga dirinya. Restitusi menguntungkan korban, tetapi juga menguntungkan orang yang telah berbuat salah. Ini sesuai dengan prinsip dari teori kontrol William Glasser tentang solusi menang-menang.
Di bawah ini adalah ciri-ciri restitusi yang membedakannya dengan program disiplin lainnya.
· Restitusi bukan untuk menebus kesalahan, namun untuk belajar dari kesalahan
· Restitusi memperbaiki hubungan
· Restitusi adalah tawaran, bukan paksaan
· Restitusi menuntun untuk melihat ke dalam diri
Restitusi mencari kebutuhan dasar yang mendasari tindakan
Restitusi diri adalah cara yang paling baik, Restitusi menguatkan
Restitusi fokus pada karakter bukan tindakan
Restitusi mengembalikan murid yang berbuat salah pada kelompoknya
Disarikan dari Buku It’s All About WE; Rethinking Discipline using Restitution, Third Edition, Diane Gossen, 2008
- Buatlah sebuah refleksi dari pemahaman Anda atas keseluruhan materi Modul Budaya Positif ini dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
· Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep inti yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: disiplin positif, teori kontrol, teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Adakah hal-hal yang menarik untuk Anda dan di luar dugaan?
Dari modul 1.4 ini, saya telah memahami beberapa konsep, dimana makna disiplin yang sebenarnya adalah belajar mengontrol diri sendiri. Berdasarkan teori kontrol Dr. William Glasser, kita tidak dapat mengontrol orang lain, kita hanya dapat mengontrol diri sendiri. Disiplin positif adalah disiplin yang dilakukan dengan motivasi yang benar, yaitu motivasi dari dalam diri (motivasi intrinsik). Hukuman dan penghargaan sama-sama tidak efektif dalam menumbuhkan disiplin positif, lebih baik jika kita sebagai guru melakukan restitusi dalam membimbing murid dengan mengambil posisi kontrol sebagai manajer. Sesuai langkah-langkah dalam segituga restitusi kita tidak membuat murid merasa gagal dan merasa bersalah. Tapi, kita harus dapat menganalisa kebutuhan dasar yang sedang berusaha dipenuhi murid, karena kita yakin bahwa setiap perilaku memiliki tujuan. Selain itu kita juga dapat mengajak murid mengingat keyakinan kelas yang telah disepakati dan menawarkan murid menentukan sendiri solusi dari permasalahan yang dia lakukan. Bukan memaksakan solusi dari diri kita sebagai guru.
· Perubahan apa yang terjadi pada cara berpikir Anda dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun sekolah Anda setelah mempelajari modul ini?
Selama ini saya telah banyak tertipu ilusi bahwa saya dapat mengontrol murid, saya dapat menguatkan karakter murid dengan membuat mereka merasa bersalah dan lain sebagainya. Saya juga seringkali mengambil posisi kontrol yang keliru saat membimbing murid dengan menghukum dan memberikan penghargaan kepada mereka. Saya juga sering memposisikan diri sebagai teman, sehingga murid merasa senang dan santai , tetapi tidak memiliki disiplin dalam dirinya. Kini, cara berpikir saya berubah. Selanjutnya, saya harus mengambil posisi kontrol seorang manajer dan melakukan langkah-langkah restitusi yang tepat dalam membimbing murid.
· Pengalaman seperti apakah yang pernah Anda alami terkait penerapan konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif baik di lingkup kelas maupun sekolah Anda?
Saya seringkali memberikan penghargaan kepada murid saat mengajar di kelas. Misalnya memberikan hadiah maupun pujian, serta menjanjikan nilai tambahan bagi mereka yang dapat melakukan hal-hal tertentu, seperti menjawab pertanyaan, melakukan presentasi dan lain-lain.
· Bagaimanakah perasaan Anda ketika mengalami hal-hal tersebut?
Saya merasa senang karena saya melihat mereka lebih bersemangat ketika diberikan penghargaan. Saya berpikir bahwa cara ini efektif.
· Menurut Anda, terkait pengalaman dalam penerapan konsep-konsep tersebut, hal apa sajakah yang sudah baik? Adakah yang perlu diperbaiki?
Maksud saya memberikan penghargaan memang baik, yaitu agar minat belajar murid meningkat. Namun cara yang saya lakukan keliru sehingga perlu diperbaiki. Seharusnya saya mengambil posisi kontrol sebagai manajer, agar murid dapat belajar dengan disiplin yang positif, di mana mereka belajar dengan baik bukan untuk mendapat pujian atau penghargaan. Tapi, belajar dan bersikap baik adalah cara mereka menghargai diri mereka sendiri dan menata masa depannya dengan bertanggung jawab.
· Sebelum mempelajari modul ini, ketika berinteraksi dengan murid, berdasarkan 5 posisi kontrol, posisi manakah yang paling sering Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda saat itu? Setelah mempelajari modul ini, posisi apa yang Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda sekarang? Apa perbedaannya?
Sebelum mempelajari modul ini saya sering mengambil posisi kontrol sebagai pemantau. Saya merasa cara ini efektif untuk membuat murid menjadi lebih baik. Setelah mempelajari modul ini, saya menyadari bahwa ini dapat menjadikan murid saya bersikap baik hanya saat dirinya berada dalam pengawasan saja. Kini, saya merasa posisi kontrol terbaik adalah sebagai manajer dan saya yakin perlahan-lahan dapat membuat murid bersikap disiplin bukan karena pengaruh hal-hal di sekitarnya, namun disiplin yang mereka lakukan karena nilai yang mereka yakini. Sikap ini yang disebut sebagai disiplin positif.
· Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan segitiga
restitusi ketika menghadapi permasalahan murid Anda? Jika iya, tahap mana yang Anda praktekkan dan bagaimana Anda mempraktekkannya?
Sebelum mempelajari modul ini, secara tidak disadari saya sering menerapkan segitiga restitusi saat menghadapi permasalahan murid. Namun dengan langkah-langkah yang kurang sistematis. Biasanya saya menawarkan murid untuk mengusulkan solusi untuk memperbaiki kesalahannya sendiri. Saya juga menanyakan dia ingin menjadi orang yang seperti apa, lalu meminta dia meyakini hal tersebut sehingga dapat kembali menjadi pribadi yang lebih baik.
· Selain konsep-konsep yang disampaikan dalam modul ini, adakah hal-hal lain yang menurut Anda penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun sekolah?
Hal-hal lain yang menurut saya penting untuk dipelajari adalah bagaimana cara berkolaborasi dengan rekan guru serta pemangku kepentingan di sekolah, bahkan dengan orang tua murid untuk mewujudkan budaya positif di sekolah. Karena murid tidak hanya bertumbuh di sekolah. Namun sudah dibentuk terlebih dahulu dalam lingkungan keluarganya.
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA
Judul Modul:
Nama peserta :
Latar Belakang (apa yang mendasari anda membuat rancangan tindakan ini?:
Belum tercipta iklim positif di lingkungan sekolah.
Tujuan (Apa dampak pada murid yang ingin dilihat dari rancangan tindakan ini?)
Guru bekerja dengan bahagia dan memberikan layanan terbaik untuk murid
Tenaga Kependidikan bekerja dengan bahagia dan memberikan layanan terbaik untuk murid
Wali murid memahami kondisi saat ini dan mau bekerja sama dengan sekolah dan pihak lain untuk kemajuan anaknya
Murid belajar dengan selamat dan bahagia
Tolak ukur ( Bukti apa yang indicator bahwa tindakan ini berjalan dengan baik?)
Keyakinan sekolah mengarah pada hal yang positif
Iklim kerja positif
Jam kerja efektif dan efesien
Suasana pembelajaran menyenangkan
Murid terlayani sebaik mungkin
Linimasa Tindakan yang akan Dilakukan
Tindakan kepada:
Guru : mengingatkan motivasi sebagai guru, menyatukan visi sekolah, merancang rencana layanan kepada murid
Tenaga Kependidikan : memfokuskan layanan utama adalah murid, menyatukan visi sekolah
Wali murid : menyadarkan wali tentang posisinya saat ini, memahami kondisi anaknya, menyamakan harapan terhadap anak nya dan menata kegiatan yang mendukung perkembangan anaknya bersama guru dan pihak lain yang mendukung
Murid : menyadarkan mereka akan kondisi diri, harapan mereka dana pa saja yang bisa mereka lakukan.
Dukungan yang dibutuhkan (Apa saja bahan, alat atau tenaga yang dibutuhkan untuk menjalankan tindakan, Bagaimana anda mendapatkannya?)
Sinergi antara kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, komite, wali, murid
Tempat untuk pertemuan
Bola, tutup mata
