Dina Kurnia Restanti: Implementasi Konsep Pendidikan Karakter Ki Hajar Dewantara di SLB Negeri 1 Gunungkidul Metal Set - Link Select

Rabu, 02 November 2022

Implementasi Konsep Pendidikan Karakter Ki Hajar Dewantara di SLB Negeri 1 Gunungkidul

 

Implementasi Konsep Pendidikan Karakter Ki Hajar Dewantara di SLB Negeri 1 Gunungkidul

 

Berdasarkan hasil pengamatan di sekolah,penyusun mendapatkan hasil bahwa konsep pendidikan  karakter Ki Hajar Dewantara di SLB Negeri 1 Gunungkidul terdapat beberapa macam di antaranya:

 

a.        Dasar Pendidikan

 

Dalam konsep dasar pendidikan ini terdapat 3 macam isi yang memuat karakter dari Ki Hajar Dewantara yang terdapat di SLB Negeri 1 Gunungkidul , diantaranya adalah Ing Ngarsa Sung Tuladha bermakna di depan memberi teladan. Maksud dari pernyataan tersebut bahwa sebagai seorang pendidik yakni guru senantiasa selalu memberikan teladan yang baik kepada para muridnya dalam segi kerapian, ketertiban, dan kedisiplan. Yang kedua Ing Madya Mangun Karsa yang bermakna ditengah-tengah guru senantiasa selalu memberi semangat kepada setiap muridnya agar giat dalam belajar dan tidak mudah putus semangat, serta selalu meberi suport kepada murid untuk menjadi pribadi yang lebih berkarakter, berprestasi dan mandiri. Tut Wuri Handayani bermakna di belakang selalu memberi dorongan kepada murid. Makna dari pernyataan tersebut adalah guru tidak pernah putus semangat  untuk terus memberikan pembelajaran yang intens kepada muridnya agar lebih maju dalam hal berfikir, bertindak, dan bertanggungjawab.

 

b.        Tri Pusat Pendidikan

Dalam konsep pendidikan karakter ini terdapat 3 macam pusat pendidikan, diantaranya yang pertama adalah pendidikan dalam keluarga. Di SLB Negeri 1 Gunungkidul terdapat beberapa kegiatan yang menyertakan orang tua secara langsung, contohnya memberi pelatihan parenting kepada wali murid. Pelatihan ini diisi oleh psikolog dan dokter jiwa, sehingga bisa memberikan semangat orang tua untuk mendampingi anak mereka, sesuai dengan ilmu yang tepat. Ada juga sesi konseling pada waktu tertentu, sehingga masalah orang tua saat mendampingi anak mereka boleh terpecahkan dengan baik. Hal ini dilakukan untuk memberikan wawasan kepada para wali murid agar dapat bijak dalam memberi arahan dan menasehati anaknya. kedua adalah pendidikan dalam sekolah, yakni guru sebagai pengganti orang tua harus bisa mendidik dengan baik kepada        setiap muridnya sehingga proses belajar murid tersebut bisa lebih nyaman seperti kegiatan belajar mereka di rumah. Tidak semua guru mempunyai latar belakang pendidikan S1 PLB, maka dari itu ada pelatihan tentang ke PLB an secara rutin, ada diskusi antar guru untuk berbagi praktik baik ketika mengajar muridnya di kelas. ketiga adalah pendidikan di dalam masyarakat, selain kedua hal di atas SLB Negeri 1 Gunungkidul juga memberi wawasan kepada murid untuk lebih respect kepada lingkungan sekitar. Seperti adanya kegiatan bakti sosial di hari-hari tertentu yang melibatkan antara murid dengan masyarakat secara langsung. Misalnya jalan sehat bersama dan jelajah alam saat kegiatan Pramuka di lingkungan masyarakat. Mengikutsertakan masyarakat dalam kegiatan magang bagi siswa SMA, misalnya dengan pembuatan batako. Ada ahli yang mengajari , tetapi ada masyarakat yang mendampingi dan mengawasi mereka.

 

 

c.         Sistem Among

Yang dimaksud dengan sistem among adalah khodrat hidup anak mempunyai kemampuan yang berasal dari pemberian Tuhan dan memberi kemerdekaan kepada murid dalam hal pembelajaran dengan pengembangan cipta,rasa, dan karsa atas dirinya. Di SLB Negeri 1 Gunungkidul tersebut sangat diperhatikan, seperti halnya guru tidak memaksa muridnya untuk bisa menguasai mata pelajarannya, dikarenakan  setiap kemampuan murid berbeda-beda dan disesuaikan dengan minat dan  bakat dari murid tersebut. Ada berbagai macam kegiatan sesuai dengan bakat anak di bidang tatagraha, kecantikan, kriya kayu, tataboga, musik, tari, ketrampilan keset, menjahit, fotografi, bengkel motor, membatik.

 

d.        Trisakti Jiwa

Konsep ini Terdiri dari olah cipta, dan olah rasa, dan olah karsa. Hal       tersebut dapat dilaksanakan di SLB Negeri 1 Gunungkidul dengan memfasilitasi potensi murid dalam hal pembelajaran, sehingga murid dapat mengembangkan pengetahuan (kognitif), sifat/minat (aspek afektif), dan keterampilan (psikomotorik). Beberapa fasilitas  untuk mengetahui potensi murid dengan assessment, konseling dengan psikolog dan psikiater. Setelah itu dibina sesuai dengan potensi mereka. Jika sekolah tidak bisa sendiri, kami mendatangkan ahli misalnya dengan Sanggar RnB untuk melatih fashion, ahli batik untuk mengajarkan kepada murid beragam batik.

 

e.        Kosep Tri-Nga

Dalam memajukan budi Pekerti, pikiran, dan jasmani maka dalam konsep pendidikan karakter Ki Hajar Dewantara terdapat Tri-nga yang  terdiri atas ngerti (mengerti), ngrasa (merasakan), dan nglakoni (mempraktekkan). Ketiga konsep tersebut juga menjadi pedoman dalam memberikan pendidikan karakter di SLB Negeri 1 Gunungkidul salah satu contohnya adalah kegiatan berbagi maskser ke masyarakat, bersih-bersih di lingkungan umum. Dari kegiatan tersebut sekolah tidak hanya sekedar kunjungan, namun sekolah memberi pengertian secara langsung agar murid mempunyai kepekaan terhadap sosial kepada sesama dan alam.

 

Daftar Pustaka

Ida Fauziatun Nisa dan Riono. “ Implementasi Konsep Pendidikan Karakter Ki Hajar Dewantara di SMP Negeri 2 Bojonegoro.” Jurnal Studi Keislaman, Vol 10, No 2.2021:halaman 41

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar