Implementasi Konsep Pendidikan
Karakter Ki Hajar Dewantara di SLB Negeri 1 Gunungkidul
Berdasarkan hasil pengamatan di sekolah,penyusun
mendapatkan hasil bahwa
konsep pendidikan karakter Ki Hajar Dewantara
di SLB Negeri 1 Gunungkidul
terdapat beberapa macam di antaranya:
a.
Dasar Pendidikan
Dalam konsep dasar pendidikan ini terdapat 3 macam isi yang memuat
karakter dari Ki Hajar Dewantara yang terdapat di SLB Negeri 1 Gunungkidul ,
diantaranya adalah Ing Ngarsa Sung
Tuladha bermakna di depan memberi
teladan. Maksud dari pernyataan tersebut bahwa sebagai seorang pendidik yakni guru senantiasa selalu memberikan
teladan yang baik kepada para muridnya dalam segi kerapian, ketertiban, dan kedisiplan. Yang kedua Ing Madya
Mangun Karsa yang bermakna ditengah-tengah
guru senantiasa selalu memberi semangat kepada setiap muridnya agar giat dalam belajar dan tidak mudah putus
semangat, serta selalu meberi suport kepada murid untuk menjadi
pribadi yang lebih berkarakter, berprestasi dan mandiri. Tut Wuri Handayani bermakna di belakang selalu memberi dorongan
kepada murid. Makna dari pernyataan tersebut adalah guru tidak pernah
putus semangat untuk
terus memberikan pembelajaran yang intens
kepada muridnya agar lebih maju dalam hal berfikir, bertindak, dan bertanggungjawab.
b.
Tri Pusat Pendidikan
Dalam konsep pendidikan karakter ini terdapat 3 macam
pusat pendidikan, diantaranya yang pertama adalah pendidikan dalam
keluarga. Di SLB Negeri 1 Gunungkidul terdapat beberapa kegiatan yang menyertakan
orang tua secara langsung, contohnya memberi pelatihan parenting kepada wali murid. Pelatihan ini diisi oleh psikolog dan dokter
jiwa, sehingga bisa memberikan semangat orang tua untuk mendampingi anak
mereka, sesuai dengan ilmu yang tepat. Ada juga sesi konseling pada waktu
tertentu, sehingga masalah orang tua saat mendampingi anak mereka boleh
terpecahkan dengan baik. Hal ini dilakukan
untuk memberikan wawasan kepada para wali murid agar dapat
bijak dalam memberi arahan dan
menasehati anaknya. kedua adalah
pendidikan dalam sekolah, yakni guru sebagai
pengganti orang tua harus bisa mendidik dengan
baik kepada setiap muridnya sehingga proses
belajar murid tersebut bisa lebih nyaman seperti
kegiatan belajar mereka di rumah. Tidak semua guru mempunyai latar belakang
pendidikan S1 PLB, maka dari itu ada pelatihan tentang ke PLB an secara rutin,
ada diskusi antar guru untuk berbagi praktik baik ketika mengajar muridnya di
kelas. ketiga adalah pendidikan di dalam masyarakat, selain kedua hal di atas
SLB Negeri 1 Gunungkidul juga memberi
wawasan kepada murid untuk lebih respect kepada
lingkungan sekitar. Seperti adanya
kegiatan bakti sosial di hari-hari tertentu yang melibatkan antara murid dengan
masyarakat secara langsung. Misalnya
jalan sehat bersama dan jelajah alam saat kegiatan Pramuka di lingkungan
masyarakat. Mengikutsertakan masyarakat dalam kegiatan magang bagi siswa SMA,
misalnya dengan pembuatan batako. Ada ahli yang mengajari , tetapi ada
masyarakat yang mendampingi dan mengawasi mereka.
c.
Sistem Among
Yang dimaksud dengan sistem among adalah khodrat hidup
anak mempunyai kemampuan yang berasal
dari pemberian Tuhan dan memberi kemerdekaan kepada murid dalam hal pembelajaran dengan pengembangan cipta,rasa, dan karsa atas dirinya. Di SLB
Negeri 1 Gunungkidul tersebut sangat diperhatikan, seperti halnya guru tidak memaksa muridnya untuk bisa menguasai mata
pelajarannya, dikarenakan setiap kemampuan murid berbeda-beda dan disesuaikan dengan
minat dan bakat dari murid tersebut. Ada berbagai macam kegiatan
sesuai dengan bakat anak di bidang tatagraha, kecantikan, kriya kayu, tataboga,
musik, tari, ketrampilan keset, menjahit, fotografi, bengkel motor, membatik.
d.
Trisakti Jiwa
Konsep ini Terdiri
dari olah cipta, dan olah rasa, dan olah karsa.
Hal tersebut dapat dilaksanakan di SLB
Negeri 1 Gunungkidul dengan memfasilitasi potensi
murid dalam hal pembelajaran, sehingga
murid dapat mengembangkan pengetahuan (kognitif),
sifat/minat (aspek afektif), dan keterampilan (psikomotorik). Beberapa fasilitas untuk mengetahui potensi murid dengan
assessment, konseling dengan psikolog dan psikiater. Setelah itu dibina sesuai
dengan potensi mereka. Jika sekolah tidak bisa sendiri, kami mendatangkan ahli
misalnya dengan Sanggar RnB untuk melatih fashion, ahli batik untuk mengajarkan
kepada murid beragam batik.
e.
Kosep Tri-Nga
Dalam memajukan budi Pekerti, pikiran, dan jasmani
maka dalam konsep pendidikan karakter Ki Hajar Dewantara terdapat
Tri-nga yang terdiri atas ngerti (mengerti), ngrasa (merasakan), dan nglakoni (mempraktekkan). Ketiga konsep tersebut
juga menjadi pedoman dalam memberikan
pendidikan karakter di SLB Negeri 1 Gunungkidul salah satu contohnya adalah kegiatan berbagi maskser
ke masyarakat, bersih-bersih di lingkungan umum. Dari kegiatan tersebut sekolah
tidak hanya sekedar kunjungan, namun sekolah
memberi pengertian secara langsung agar murid mempunyai
kepekaan terhadap sosial kepada sesama dan alam.
Daftar Pustaka
Ida Fauziatun Nisa dan Riono. “
Implementasi Konsep Pendidikan Karakter Ki Hajar Dewantara di SMP Negeri 2
Bojonegoro.” Jurnal Studi Keislaman, Vol 10, No 2.2021:halaman 41
Tidak ada komentar:
Posting Komentar